Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Assabiqunal Awwalun yang Lebih Dulu Masuk Islam

Gambar
“Tidaklah sama di antara kalian, orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukkan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.” (QS. Al-Hadid: 10) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyadari bahwa dirinya adalah nabi yang diutus oleh Allah. Ia telah mendatangi Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah yang paham betul isi kitab Inji yang di dalamnya mengabarkan akan kedatangan Nabi terakhir. Waraqah meyakinkan Muhammad bahwa yang datang kepadanya di Gua Hira adalah malaikat yang juga mendatangi Nabi Musa Alaihissalam: Jibril. Nabi Muhammad mulai mendakwahkan agama yang baru diterimanya kepada orang-orang terdekatnya. Khadijah, istri beliau adalah orang yang pertama beriman kepadanya. Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah, dua bocah yang tinggal bersamanya juga ikut beriman. Sahabat beliau yang pertama beriman adalah

Ja’far bin Abi Thalib Syahid Perang Mu’tah

Gambar
Bentuk tubuh dan wajahnya sedikit mirip dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia salah seorang putra Abu Thalib, paman Rasulullah. Hanya saja ia tidak seberuntung Ali yang dirawat oleh Rasulullah sejak kecil, sementara dia dirawat oleh pamannya, Abbas. Ja’far bin Abu Thalib, kakak dari Ali bin Abi Thalib ini tumbuh menjadi pribadi yang hebat, otak yang cerdas, dan didukung lisan yang fasih berbicara. Ia termasuk sahabat Nabi yang mula-mula memeluk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Bersama istrinya, Asma binti Umais, ia memilih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.  Meskipun perlakuan kasar dan penganiayaan dari orang-orang Quraisy mereka dapatkan, mereka tetap bersabar. Keduanya sangat paham bahwa jalan menuju surga itu penuh dengan rintangan dan ujian. Ketika gangguan dari orang-orang Quraisy Makkah semakin hebat, ia meminta izin Rasulullah untuk hijrah ke Habasyah bersama istri dan beberapa sahabatnya. Meski berat, Rasulullah mengizinkannya. Ja’far beserta saha

Al-Laits bin Sa’ad Pemuka Ahli Ilmu Mesir

Gambar
Namanya adalah Al-Laits bin Sa’ad seorang ahli ilmu negeri Mesir, lahir di Qarqasyandah satu kota yang berjarak sekitar empat farsakh dari Mesir pada tahun 94 Hijriah. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa Al-Laits adalah ahli fiqih dan ahli haditsnya Mesir. Ia adalah orang yang dibanggakan oleh masyarakat Mesir. Orang-orang dalam maupun luar negeri Mesir merujuk kepada pendapat dan sarannya. Khalifah Al-Manshur Al-Abbasi pernah menawarkannya untuk menjadi gubernur di wilayah Mesir namun Al-Laits menolaknya. Al-Laits terkenal karena kecerdasannya. Suatu hari terjadi percakapan antara khalifah Harun Ar-Rasyid dengan istrinya, Zubaidah. “Engkau tertalak kalau aku tidak masuk surga.”, kata Khalifah. Setelah mengatakan itu, khalifah merasa menyesal sehingga ia mengumpulkan para ulama dan ahli fiqih untuk mencari jalan keluar terhadap sumpahnya itu. Setelah berdiskusi, ternyata para ulama tersebut berbeda pendapat. Maka ia menyurati para pejabatnya agar mengirim para ulama dan ahli fiqih terken

Ummu Haram Syahidah Negeri Cyprus

Gambar
Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan orang-orang yang ikut serta dalam peperangan bersama beliau, “Anggota pasukan kami yang mula-mula ikut peperangan telah wajib bagi mereka masuk surga.” Tidak jauh dari beliau ada seorang sahabiyah bernama Ummu Haram. Ia berkata, “Wahai Rasulullah apa aku termasuk di dalamnya?” Rasulullah menjawab, “Engkau termasuk di dalamnya.” Namanya adalah Ummu Haram binti Milhan bin Khalid Al-Anshariyah An-Najjariyah seorang sahabiyah Rasulullah. Ia adalah bibi Anas bin Malik, saudari dari Ummu Sulaim. Suami dan anaknya merupakan dua sahabat yang gugur dalam Perang Badar.  Setelah suaminya syahid, Ummu Haram menikah lagi dengan sahabat yang mulia Ubadah bin Shamit Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu. Dari pernikahan keduanya lahir putranya bernama Muhammad bin Ubadah. Ia juga salah seorang bibi Rasulullah dari ibu susuan.  Ummu Haram memiliki keutamaan dan kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banya

Mencintai Ummahatul Mukminin

Gambar
Dalam Islam kita mengenal wanita-wanita yang setia mendampingi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berjuang mendakwahkan Islam. Mereka adalah istri-istri beliau, Ummahatul Mukminin. Istri-Istri Rasulullah digelari Ummahatul Mukminin, ibunda orang-orang beriman. Gelar tersebut adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala khusus kepada mereka. Allah berfirman, “Nabi itu lebih berhak terhadap orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (Al-Ahzab: 6) Karena mereka adalah Ummahatul Mukminin atau ibunda orang-orang beriman maka mereka khusus untuk Rasulullah. Mereka tidak boleh dinikahi oleh laki-laki lain setelah Rasulullah wafat. Karena itu kita tidak pernah mendapati satupun dari para Ummahatul Mukminin menikah lagi dengan orang lain setelah Rasulullah meninggal dunia. Rasulullah menikahi para Ummahatul Mukminin bukanlah karena pilihan beliau sendiri melainkan pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alla

Ummu Hani Pemilik Rumah Penuh Berkah

Gambar
Pada tahun 8 Hijriah, bersama para sahabat, Rasulullah memasuki kota Makkah untuk membebaskannya dari orang-orang Musyrik. Itulah hari penaklukkan yang agung, Fathu Makkah. Pada hari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan negeri dan rumah-Nya dari orang-orang kafir. Penaklukkan Makkah membuat Islam semakin disegani dan dihormati. Manusia berlomba-lomba untuk masuk agama Allah. Makkah menjadi terang benderang penuh cahaya keimanan.  Saat orang musyrik Makkah merasa ketakutan terhadap umat Islam, Rasulullah bersabda, “Aku akan katakan kepada kalian sebagaimana yang Yusuf katakan kepada saudara-saudaranya, ‘Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu’. Pergilah, kalian semua bebas!” Setelah itu Rasulullah turun dari tunggangannya dan singgah di sebuah rumah. Di rumah itu beliau mandi lalu melaksanakan shalat kemenangan sebanyak delapan rakaat pada waktu dhuha. Rumah yang beruntung itu adalah rumah Ummu Hani, anak paman kesayangan Rasulullah, Abu Thalib. “Aku belum pernah melihat beli

Ibnu Hazm Lautan Ilmu Negeri Andalus

Gambar
Namanya adalah Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm. Lebih dikenal dengan Ibnu Hazm. Kakek buyutnya bernama Khalaf bin Ma’dan adalah orang yang memasuki Andalusia bersama Abdurrahman Ad-Dakhil, amir pertama di Andalusia.  Ibnu Hazm lahir di Cordova, ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol Andalusia pada tahun 384 Hijriah atau 994 M. Ibnu Hazm adalah seorang ulama Andalus yang menghimpun berbagai ilmu keislaman, paling luas pengetahuannya, ahli syair dan sastra, serta pakar dalam ilmu sejarah. Al-Fadhl, putra Ibnu Hazm mengatakan bahwa tulisan ayahnya sebanyak 400 jilid. Kakeknya adalah menteri di Cordova, begitu juga dengan ayahnya. Jadi Ibnu Hazm tinggal di kementrian hingga usianya mencapai 26 tahun.   Suatu ketika ia masuk masjid sebelum shalat ashar, maka dia duduk tanpa melaksanakan shalat tahiyyatul masjid. Gurunya pun menyuruhnya untuk berdiri melaksanakan shalat tahiyat dua rakaat. Namun dia belum paham juga. Sehingga ada seorang yang berada di dekatnya mengatakan, “Engkau te