Al-Laits bin Sa’ad Pemuka Ahli Ilmu Mesir
Al-Laits terkenal karena kecerdasannya. Suatu hari terjadi percakapan antara khalifah Harun Ar-Rasyid dengan istrinya, Zubaidah. “Engkau tertalak kalau aku tidak masuk surga.”, kata Khalifah. Setelah mengatakan itu, khalifah merasa menyesal sehingga ia mengumpulkan para ulama dan ahli fiqih untuk mencari jalan keluar terhadap sumpahnya itu.
Setelah berdiskusi, ternyata para ulama tersebut berbeda pendapat. Maka ia menyurati para pejabatnya agar mengirim para ulama dan ahli fiqih terkenal ke istana untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di antara yang hadir adalah Al-Laits bin Sa’ad dari Mesir.
Setelah mereka berkumpul, khalifah menceritakan apa yang diucapkannya kepada istrinya. Sementara sang istri bersama beberapa pelayannya mendengarkan dari balik tirai. Hasilnya sama dengan sebelumnya, para ulama berbeda pendapat. Semuanya telah mengemukakan pendapatnya kecuali Al-Laits bin Sa’ad.
“Mengapa engkau diam saja?, tanya Khalifah Ar-Rasyid. “Aku ingin berbicara empat mata dengan anda.”, jawab Al-Laits. Sang Khalifah pun meminta yang lain keluar sehingga hanya dia dan ulama Mesir yang berada di dalam ruangan. Ia meminta khalifah mengambil mushaf dan membuka surah Ar-Rahman kemudian membacanya dengan suara keras. Sang Khalifah menuruti hingga bacaannya sampai pada ayat, “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.”
“Cukup sampai disitu,”, kata Al-Laits. Ia meminta khalifah bersumpah, “katakanlah Demi Allah sesungguhnya Aku taku kepada kebesaran Tuhanku.” Khalifah Ar-Rasyid mengikuti apa yang diperintahkan oleh ulama Mesir itu. Kemudian Al-Laits berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah ia adalah dua surga, bukan satu surga seperti yang disebutkan dalam sumpah anda?”
Ar-Rasyid pun sangat gembira begitu juga istrinya yang mendengar dari balik tirai. Ia merasa kagum dengan kecerdasan Al-Laits bin Sa’ad dan pemahamannya terhadap ayat tersebut.
Sifat Dermawan Al-Laits
Al-Laits terkenal dengan kedermawanannya. Ketika rumah Ibnu Lahi’ah, teman sekaligus sejawatnya, terbakar, Al-Laits mengirimkan uang sejumalah seribu dinar kepadanya. Begitu juga yang ia lakukan kepada Imam Malik bin Anas. Ketika Al-Laits berhaji, Imam Malik memberikannya hadiah berupa buah kurma segar dalam sebuah bejana. Maka dia membalas kebaikan sang Imam dengan seribu dinar yang ia masukkan dalam bejana.
Qutaibah mengatakan bahwa Al-Laits selalu menaiki kendaraan untuk shalat berjamaah ke masjid dan dia bersedekah setiap hari kepada 300 orang miskin. Sementara itu Abdullah bin Shalih yang telah menemani Al-Laits selama sepuluh tahun bersaksi bahwa dia selalu melihat Al-Laits makan siang atau malam dengan berbagi bersama orang lain.
Seorang wanita juga pernah mendatangi Al-Laits bin Sa’ad dan mengatakan bahwa anaknya yang sedang sakit menginginkan madu. Maka Al-Laits memberinya 120 rithl madu. Satu rithl sama dengan delapan ons.
Pujian Para Ulama
- Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Al-Laits lebih faqih daripada Malik, hanya saja murid-muridnya menelantarkankannya (tidak menulis darinya).”
- Utsman bin Shalih mengatakan, “Penduduk Mesir mencela sahabat Nabi, Utsman bin Affan sehingga muncullah Al-Laits bin Sa’ad menuturkan hadits kepada mereka tentang keutamaan Utsman sehingga mereka berhenti dari hal itu.”
- Adz-Dzahabi mengatakan, “Pengikut hawa nafsu dan bid’ah melemah di zaman Al-Laits, Malik, dan Auza’i. Sedangkan sunnah-sunnah mengemuka dan menguat.
- Muhammad bin Sa’ad berkata, “Al-Laits adalah tsiqah, memiliki banyak hadits. Dia sibuk dengan fatwa pada zamannya di Mesir. Dia seorang yang pemurah, mulia lagi dermawan.”
Guru-guru Al-Laits
- Ibnu Abi Mulaikah.
- Yazid bin Abu Habib.
- Yahya bin Sa’id Al-Anshari.
- Az-Zuhri.
- Ja’far bin Rabi’ah.
- Ayyub bin Musa, dll.
Murid-muridnya
- Ibnu Lahi’ah.
- Ibnu Al-Mubarak.
- Marwan bin Muhammad.
- Sa’id bin Syurahbil.
- Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad.
- Amr bin Khalid Al-Harrani, dll.
Komentar
Posting Komentar