Ibnu Hazm Lautan Ilmu Negeri Andalus


Namanya adalah Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm. Lebih dikenal dengan Ibnu Hazm. Kakek buyutnya bernama Khalaf bin Ma’dan adalah orang yang memasuki Andalusia bersama Abdurrahman Ad-Dakhil, amir pertama di Andalusia. 

Ibnu Hazm lahir di Cordova, ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol Andalusia pada tahun 384 Hijriah atau 994 M. Ibnu Hazm adalah seorang ulama Andalus yang menghimpun berbagai ilmu keislaman, paling luas pengetahuannya, ahli syair dan sastra, serta pakar dalam ilmu sejarah. Al-Fadhl, putra Ibnu Hazm mengatakan bahwa tulisan ayahnya sebanyak 400 jilid.

Kakeknya adalah menteri di Cordova, begitu juga dengan ayahnya. Jadi Ibnu Hazm tinggal di kementrian hingga usianya mencapai 26 tahun.  

Suatu ketika ia masuk masjid sebelum shalat ashar, maka dia duduk tanpa melaksanakan shalat tahiyyatul masjid. Gurunya pun menyuruhnya untuk berdiri melaksanakan shalat tahiyat dua rakaat. Namun dia belum paham juga. Sehingga ada seorang yang berada di dekatnya mengatakan, “Engkau telah berusia seperti ini sementara kau tidak tahu bahwa shalat tahiyatul masjid itu wajib?” sehingga dia pun berdiri melaksanakan shalat.  

Setelah selesai shalat ashar, Ibnu Hazm kemudian berdiri hendak melakukan shalat sunnah. Ada lagi yang mengatakan padanya, “Duduk, duduk, ini bukan waktu shalat.”. maka dia pun pergi dalam keadaan malu terhina. Setelah itu dia meminta ditunjukkan rumah syaikh Musyawir Abu Abdillah bin Dahun, ulama di Cordova. Ibnu Hazm mulai mempelajari kitab Al-Muwattha karya Imam Malik. Mazhab Maliki adalah mazhabnya masyarakat Andalusia. Sejak itu Ibnu Hazm rajin membaca kitab al-Muwattha di hadapan gurunya selama tiga tahun. Lalu setleha itu baru dia memulai diskusi dan perdebatan.

Meskipun diakui sebagai seorang yang berilmu dan memiliki otak yang encer, Ibnu Hazm banyak dibenci oleh ulama lainnya karena perkatannya, perdebatannya dengan para fuqaha, dan merekmehkan para tokoh dengan perkataan yang tidak pantas dan kasar. Sebagaimana yang dilakukannya dengan imam besar Andalusia lainnya, Abu Al-Walid Al-Baji. Hingga ada yang mengatakan bahwa Pedang Al-Hajjaj dan Lisan Ibnu Hazm dua bersaudara.”

Karena itulah banyak yang menjauhinya serta membakar buku-bukunya meskipun tidak sedikit yang mengambil faidah dari karyanya tersebut. Di antara yang memujinya adalah Imam Adz-Zahabi, “Ibnu Hazm adalah orang yang memiliki keahlian dalam berbagai keilmuan. Dalam dirinya terdapat agama, sikap wara, zuhud, dan mengutamakan kejujuran. Ayahnya adalah seorang menteri besar, memiliki kedudukan mulia.”

Guru-Guru Ibnu Hazm

  • Yahya bin Mas’ud bin Wajh Al-Jannah
  • Qasim bin Ashbagh
  • Yunus bin Abdullah bin Mughits Al-Qadhi
  • Humam bin Ahmad Al-Qadhi.
  • Muhammad bin Sa’id bin Nabat.

Karya-karya Ibnu Hazm

  • Kitab Al-Muhalla
  • Masa’il Al-Ushul
  • Kitab Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam
  • Kitab Al-Fishal fi Al-Milal wa Al-Ahwa’ wa An-Nihal
  • Thauq Al-Hamamah.

Ibnu Hazm wafat pada malam senin 456 Hijriah (1064 M) dalam usia 72 tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islam yang Asing

Cheng Ho, Laksamana Muslim yang Tangguh

Kisah Khalifah Al-Ma’mun Menaklukan Kaum Khawarij