Pengusiran Yahudi Bani Nadhir
Keluarnya Bani Nadhir dari Madinah
Pada peristiwa Bi’ru Ma’unah, beberapa orang sahabat terbunuh oleh kaum musyrikin. Seorang sahabat berhasil selamat, yaitu Amr bin Umayyah. Ia segera bergerak menuju Madinah. Dalam perjalanan, ia berpapasan dengan dua orang dari Bani Kilab di sebuah desa bernama Qarqarah. Amr menganggap dua orang itu sebagai musuh sehingga ia membunuh mereka. Padahal dua orang itu memiliki kesepakatan dengan Rasulullah.
Sesampainya di Madinah, Amr memberi tahu Rasulullah apa yang telah dilakukannya tadi. Mendengar laporan itu, Rasulullah bersabda, “Kamu telah membunuh dua orang yang darahnya harus kutebus.” Rasulullah menganggap pembunuhan yang dilakukan oleh Amr bin Umayyah terhadap dua orang dari Bani Kilab harus diselesaikan. Beliau harus membayar tebusan. Jika tidak, kaum muslimin akan dianggap bersalah telah melanggar kesepakan, dan akibatnya akan lebih banyak lagi pertumpahan darah.
Masa-masa ini memang masa sulit bagi Rasulullah dan kaum muslimin. Mereka baru saja dikalahkan kaum musyrikin Makkah di Uhud, dan belum juga tahun berganti, kaum muslimin kembali banyak berguguran di Bi’ru Ma’unah. Dalam masa-masa ini pula Rasulullah melaksanakan qunut dalam setiap shalat beliau, mendoakan para syuhada yang syahid.
Rasulullah pun mengunjungi Bani Nadhir disertai beberapa sahabat beliau, seperti Abu Bakar, Umar, dan Ali. Rasulullah meminta mereka turut menyumbangkan tebusan. Antara ummat Islam dan ummat Yahudi telah terjalin kesepakatan untuk saling bantu satu sama lain.
Yahudi Bani Nadhir menerima kedatangan beliau dan para sahabat dengan baik. Namun, kebaikan mereka hanyalah luarnya saja. Di dalam hati mereka menyimpan kebencian dan permusuhan yang mendalam. Ketika Rasulullah sedang duduk di dekat tembok, mereka bermusyawarah siapa yang berani menjatuhkan sebuah batu besar dari atas rumah ke kepala Rasulullah. Seorang Yahudi bernama Amr bin Jahsy menyanggupinya.
Saat itu, Malaikat Jibril turun dan menyampaikan niat orang-orang Yahudi tersebut kepada Rasulullah. Setelah memperoleh kabar dari Jibril, Rasulullah segera berdiri dan keluar dari rumah meninggalkan perkampungan Bani Nadhir. Beliau kembali ke Madinah tanpa diikuti para sahabat. Sementara itu, para sahabat (Abu Bakar, Umar, Ali, dan lainnya) mengira Rasulullah pergi sebentar saja dan akan kembali lagi, karena beliau saat keluar tadi tidak memberitahukan apa-apa kepada mereka. Karena lama menunggu, akhirnya mereka juga kembali ke Madinah.
Di Madinah, Rasulullah memberitahukan kepada para sahabatnya bahwa tadi Jibril datang kepadanya menyampaikan makar yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Maka, Rasulullah mengumpulkan pasukannya dan bersiap mengepung perkampungan Bani Nadhir. Terlebih dahulu Rasulullah mengutus sahabatnya untuk menyampaikan kepada Bani Nadhir untuk meninggalkan perkampungan mereka. Mereka telah melanggar perjanjian, dan itu menandakan mereka tidak dapat tinggal berdampingan dengan kaum muslimin. Namun, mereka menolak untuk keluar dari kampung mereka, sehingga Rasulullah memerangi mereka.
Abdullah bin Ubay, Gembong Munafik
Melalui utusannya, Rasulullah menyampaikan agar dalam waktu sepuluh hari kaum Yahudi Bani Nadhir harus mengosongkan kampung mereka dan keluar dari Madinah. Jika tidak keluar dalam tempo yang telah diberikan, maka mereka harus diperangi. Di sini, Abdullah bin Ubay bin Salul pemimpin golongan munafik mengirim pesan kepada kaum Yahudi untuk tetap tinggal di kampung mereka, karena dia memiliki 2000 prajurit yang bersiap membantu mereka.
Bani Nadhir yang semula takut, kini menjadi berani karena mendapat dukungan dan bantuan dari Abdullah bin Ubay. Mereka pun enggan keluar dari kampung, mereka menyatakan perang. Di sini kita lihat bagaimana peran Abdullah bin Ubay, ingin memperlemah posisi kaum muslimin. Allah menyebutkan peran Abdullah bin Ubay.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab, ‘Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu, dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.’ Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” (QS. Al-Hasyr: 11).
Setelah mengepung mereka selama enam malam, kaum muslimin berhasil menembus benteng-benteng kokoh Bani Nadhir. Akhirnya, mereka mengaku kalah dan bersedia keluar dari kampung mereka. Sementara, orang-orang munafik, tidak menolong mereka sedikit pun. Benar kata Allah, sesungguhnya mereka benar-benar pendusta!
Keluar dari Madinah
Rasulullah membolehkan kaum Yahudi membawa semua harta benda mereka kecuali senjata. Mereka membawa semua harta benda yang mereka miliki hingga unta mereka penuh bawaannya. Termasuk pintu-pintu rumah dan jendela mereka, mereka ikut mencopotnya untuk dibawa. Ya, mereka menghancurkan rumah-rumah mereka sendiri. Inilah yang difirmankan oleh Allah dalam Alqur’an.
“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah. Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka, mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr: 2).
Dengan demikian, Yahudi Bani Nadhir adalah suku yahudi kedua yang terusir dari Madinah setelah sebelumnya telah didahului oleh Yahudi Bani Qainuqa’.
Faidah Kisah
- Yahudi telah memusuhi ummat Islam sejak dulu.
- Mereka selalu melanggar perjanjian dengan ummat Islam.
- Terbebasnya Rasulullah dari makar kaum Yahudi menunjukkan bahwa beliau benar seorang nabi.
- Kaum munafik selalu bergandengan tangan dengan orang-orang kafir untuk melawan Islam.
- Berdusta adalah satu ciri orang munafik.
Komentar
Posting Komentar