Pertempuran Dahsyat di Ankara 1402


Sejarah Kota Ankara


Ankara merupakan kota kedua terbesar di Turki. Sejak tahun 1923, atau sejak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, kota ini dijadikan ibu kota negara Turki. Kota ini dalam perjalanan sejarahnya memiliki beberapa nama, antara lain Ankuwash, Ancyra, Ankyra, dan Angora.

Nama Angora dipakai sebagai kota ini sejak di bawah pemerintahan Dinasti Saljuk pada 1073 M (465 Hijriyah). Nama tersebut tetap melekat di kota itu hingga namanya diganti menjadi Ankara pada tahun 1930 M (1349 Hijriyah).



Perang 
Antara Pasukan Utsmaniyah dan Timur Lenk


Pertempuran Ankara adalah pertempuran dahsyat yang terjadi di Cubuk-ovasi, dekat dari Ankara, pada 1402 (804 H) antara pasukan Dinasti Utsmaniyah yang dipimpin Sultan Bayazid I dan pasukan Mongol dikomandoi oleh Timur Lenk.

Dalam perang tersebut, kekuatan pasukan Dinasti Utsmaniyah mencapai 120 ribu pasukan sedangkan pasukan Timur Lenk jauh lebih besar lagi, yakni 800 ribu pasukan. Karena perbedaan jumlah pasukan yang begitu mencolok sehingga pasukan Dinasti Utsmaniyah mengalami kekalahan telak.

Banyak tentara yang dipimpin oleh Sultan Bayazid I itu meninggal kehausan akibat kekurangan air. Pada waktu itu adalah musim panas. Tanah kering dan gersang. Buruknya lagi, Sultan Bayazid I berhasil ditawan Timur Lenk bersama permaisurinya berdarah Serbia, Maria Despina, lalu dibawa ke Samarkand untuk dijebloskan ke penjara. Setelah itu, Timur Lenk menyerbu kota-kota penting Dinasti Utsmaniyah dan meluluhlantakkannya.

Sultan Bayazid sangat menderita di dalam tahanan sehingga ia jatuh sakit lalu meninggal dunia di dalam penjara di Akshehir pada tahun 1403 M (805 Hijriyah).

Kemenangan Timur Lenk disambut gegap gempita oleh negara-negara Kristen Eropa. Mereka bergembira mendengar kabar pemerintahan Dinasti Utsmaniyah berhasil dihancurkan oleh pasukan timur Lenk. Mereka menyebut bahwa kekalahan pasukan Utsmaniyah itu telah membebaskan mereka dari ancaman yang selalu mengganggu mereka.

Kematian Sultan Bayazid menimbulkan perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya. Sultan bayazid memiliki lima orang putra, semuanya pernah terlibat dalam setiap pertempuran. Putranya yang bernama Mustafa diperkirakan terbunuh dalam peperangan. Sedangkan putranya yang lain, Musa, ikut dipenjara Timur Lenk.

Tersisa tiga putranya yang bernama Sulaiman, Isa, dan Muhammad. Terjadilah konflik antara ketiga putra Sultan Bayazid ini. Masing-masing mereka mengklaim sebagai pemimpin tertinggi Dinasti Utsmaniyah. Konflik ini berlangsung selama sepuluh tahun, yaitu sejak meninggalnya Sultan Bayazid pada tahun 1403 sampai tahun 1413 M.

Setelah konflik yang begitu panjang dan berlarut-larut serta menumpahkan banyak darah, akhirnya Sultan Muhammad yang tidak lain putra bungsu Sultan Bayazid berhasil naik takhta. Di tangan Sultan Muhammad inilah kekuatan Dinasti Utsmaniyah berhasil dihimpun kembali setelah runtuhnya. Karena jasanya itu, Sultan Muhammad disebut-sebut sebagai pendiri kedua Dinasti Utsmaniyah.

Sebab Terjadinya Peperangan

Ada beberapa sebab yang menyebabkan pertempuran Ankara antara Sultan Bayazid I dan Timur Lenk, disebutkan oleh Syaikh Ali Ash-Shalabi dalam bukunya “Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah”, yaitu: Pertama, para pemimpin wilayah di Irak yang negerinya tunduk di bawah kekuasaan Timur Lenk, mereka meminta perlindungan kepada Bayazid. Sebaliknya, para penguasa wilayah di Asia Kecil meminta perlindungan kepada Timur Lenk. Kedua pihak yang meminta perlindungan itu akhirnya membenturkan kekuatan Bayazid dan Timur Lenk.


Sebab kedua, Negara-negara Kristen Eropa memprovokasi Timur Lenk agar menyerang dan menumpas pemerintahan Sultan Bayazid. Ketiga, adanya surat-surat yang “membakar” dari kedua belah pihak. Dalam surat itu keduanya saling melaknat dan menghina satu sama lain.

Dan sebab keempat, kedua pemipin, baik Sultan Bayazid maupun Timur Lenk, sama-sama berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Terjadilah persaingan antara mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islam yang Asing

Cheng Ho, Laksamana Muslim yang Tangguh

Kisah Khalifah Al-Ma’mun Menaklukan Kaum Khawarij