Panglima Perang Mu’tah (2)
Khalid bin Walid adalah tokoh kunci kemenangan kaum musyrikin Makkah atas pasukan kaum Muslimin pada Perang Uhud. Namun, ketika hidayah Islam menyapanya, ia berbalik menjadi pejuang Islam yang tak terkalahkan.
Seperti dikisahkan sebelumnya, Khalid bin Walid berhasil memenangkan pasukan Islam atas pasukan Romawi pada perang Mu’tah padahal sebelumnya umat Islam hampir saja menderita kekalahan dan tiga panglima, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawwahah, telah syahid. karena itulah ia dijuluki Pedang Allah yang Terhunus oleh Rasulullah.
Kehebatan Khalid tidak hanya pada Perang Mu’tah saja. Setelah itu ia selalu ikut berperang bersama pasukan Islam di barisan paling depan pada Perang Tabuk dan Perang Hunain. Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, banyak kabilah Arab yang murtad dan bergabung melakukan pemberotakan terhadap ummat Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Beberapa kabilah yang ikut dalam pemberontakan adalah kabilah Asad, Ghatfan, Abbas, Dzubyan, Thaik, Bani Amir, Hawazin, Salim dan Bani Tamim. Mereka berhasil menghimpun kekuatan besar dengan jumlah puluhan ribu pasukan. Selain mereka penduduk Bahrain dan Oman juga ikut bergabung.
Pemberontakan tersebut semakin hari semakin membahayakan. Akhirnya Khalifah mengirim pasukan untuk memerangi mereka. Ia membagi pasukan menjadi 11 pasukan. Setiap pasukan diberi tugas masing-masing dan Khalid bin Walid terpilih sebagai panglima besar. Saat memberikan bendera kepada Khalid, Khalifah Abu Bakar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin Walid. Dia adalah sebilah pedang dari pedang-pendang Allah yang dihunus untuk memerangi orang-orang kafir dan munafik.”
Perang Riddah atau perang melawan orang-orang murtad adalah salah satu perang tersengit dalam sejarah. Saat itu, Musailamah sang nabi palsu menghimpun kekuatan bersama kabilah-kabilah lainnya di Yamamah. Beberapa kali pasukan Islam berhadapan dengan pasukannya namun belum dapat dikalahkan.
Lalu tiba giliran Khalid bersama pasukannya bertempur melawan nabi palsu itu. Dua pasukan saling menyerang dan banyak korban yang berjatuhan dari kubu muslimin. Semangat pasukan Islam semakin kendur karena serangan pasukan Musailamah. Namun, khalid berhasil mengembalikan kekuatan dan menyemangati pasukan.
Ia naik ke atas bukit dan mencari titik kelemahan pasukan Islam agar dapat dibenahi. Ia memanggil semua pasukan dan menyusun kembali strategi. Ia menyuruh setiap kabilah membentuk regu tersendiri. Dari Muhajirin satu regu dan Anshar juga satu regu. Dengan gema takbir dan tahlil pasukan bergerak menyerang. Dalam sekejap arah pertempuran berbalik. Ribuan pasukan Musailamah berjatuhan dan umat Islam akhirnya meraih kemenangan.
Wafatnya Sang Pedang Allah
Khalid bin Walid telah mengikuti banyak perang bersama umat Islam baik sebagai pemimpin maupun prajurit. Di badannya terdapat banyak bekas tusukan tombak dan pedang. Namun Allah berkehendak lain, ia memilih hambanya itu meninggal di atas ranjangnya.
Saat ajal hendak menjemputnya, ia menangis. Menangis bukan karena takut kematian. Melainkan menangis karena kerinduannya untuk syahid di medan pertempuran sebagaimana para sahabat nabi lainnya seperti Mush’ab bin Umair, Ikrimah, Ja’far bin Abi Thalib, dan lainnya.
Ia berkata, “Aku ikut dalam berbagai pertempuran. Seluruh tubuhku penuh bekas luka pedang, tombak, dan panah. Kini, aku akan mati di atas ranjang seperti matinya seekor unta.” Khalid meninggal di Homs pada bulan Ramadhan tahun 21 Hijriah di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Pujian Bagi Khalid bin Walid
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Khalid bin Walid adalah Pedang Allah yang Terhunus.”
Rasulullah juga bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin Walid.”
“Demi Allah, akan kusembuhan kegelisahan mereka dengan (hadirnya) Khalid,” kata Khalifah Abu Bakar ketika pasukan Muslimin merasa gentar menghadapi Romawi.
Abu Bakar Ash-Shiddiqberkata, “Sungguh, Romawi akan melupakan gangguan setan disebabkan Khalid bin Walid.”
Umar bin Khatthab berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan laki-laki seperti Khalid.”
Umar bin Khattab berkata saat meninggalnya Khalid, “Biarkan para wanita Bani Makzum menangisi Abu Sulaiman (Khalid bin Walid), karena sesungguhnya mereka tidak berdusta. Sesungguhnya orang seperti Abu Sulaiman akan ditangisi oleh siapapun.”
Komentar
Posting Komentar