Panglima Perang Mu’tah (1)
Tokoh kali ini adalah ahli siasat, panglima perang, Sang Pedang Allah yang terhunus. Dialah Khalid bin Walid bin Mughirah. Lahir di Mekah sekitar 20 tahun setelah lahirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Khalid memiliki nasab dan kedudukan yang tinggi. Ayahnya, Walid bin Mughirah salah satu pembesar Quraisy yang kaya raya, selalu memberi makan dan minum kepada jamaah haji yang datang ke Baitullah. Meskipun begitu, Walid bin Mughirah sangat membenci Rasulullah dan selalu menentang dakwah beliau.
Khalid memiliki enam saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Sejak kecil dia telah berlatih menunggang kuda dan mahir dalam memainkan pedang. Karena kemahirannya itu ia dijadikan salah satu komandan kavaleri Quraisy.
Ketika dakwah Islam muncul, Khalid tidak serta merta memeluk Islam. Ia bahkan menjadi penentang ummat Islam di Perang Uhud. Pada perang tersebut, Khalid memainkan peran utama dalam mengalahkan kaum Muslimin. Hal itu disebabkan terbunuhnya pasukan pemanah kaum muslimin yang masih tersisa di atas bukit. Khalid berputar mengelilingi tentara Muslimin dan menusuknya dari belakang membuat barisan Muslimin kocar kacir sehingga banyak yang terbunuh.
Dari waktu ke waktu, Khalid terus memikirkan kebangkitan agama Islam yang kian berkibar. Dan ia sangat ingin bergabung di dalamnya. Hingga akhirnya Allah memberinya hidayah dan memantapkan hatinya masuk Islam. Ia pun meninggalkan Mekah menuju Madinah untuk menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah.
Sebelum ke Madinah, Khalid terlebih dahulu bertemu dengan Utsman bin Thalhah dan menceritakan keinginannya masuk Islam. Ternyata Utsman setuju dan ia juga ingin masuk Islam. Tak lama mereka berdua bertemu dengan Amr bin Ash. Dan ternyata Amr juga ingin bertemu Rasulullah untuk menyatakan keinginannya masuk Islam.
Pada tanggal 1 Shafar tahun 8 Hijriah, mereka bertiga tiba di kota Rasul. Ketika bertemu dengan Rasulullah, Khalid mengucapkan salam, dan Rasulullah membalas salamnya dengan wajah penuh keceriaan. “Sejak dulu, aku mengetahui bahwa engkau memiliki kecerdasan. Dan aku selalu berharap kecerdasanmu itu hanya digunakan untuk kebaikan,” sabda Rasulullah pada Khalid.
Kemudian Khalid meminta agar dimohonkan ampun atas semua kesalahan yang telah dibuatnya di masa lalu. Terutama karena memerangi kaum Muslimin. Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya, keislaman itu menghapus segala perbuatan buruk di masa lalu....” Rasulullah kemudian mendoakannya, “Ya Allah ampunilah Khalid bin Walid atas tindakannya menghalangi jalan-Mu di masa lalu.” Keislaman Khalid disusul Amr dan Utsman bin Thalhah.
Melawan Pasukan Romawi
Perang Mu’tah adalah perang pertama yang diikuti Khalid bin Walid bersama ummat Islam. Dalam perang melawan Romawi tersebut, tiga panglima Islam gugur sebagai syahid. Mereka adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawwahah Radhiyallahu Anhum. Maka dengan cepat Tsabit bin Arqam mengangkat bendera dan memberikannya kepada Khalid.
Awalnya Khalid menolak karena merasa tidak pantas. Namun Tsabit meyakinkannya, “Ambillah, karena engkau lebih tahu dan berpengalaman tentang peperangan dibanding aku.” Semua pasukan setuju Khalid mengambil alih komando pasukan.
Khalid mengambil bendera lalu memimpin kaum Muslimin. Dengannya Allah menyelamatkan pasukan. Khalid berkata, “Aku telah mematahkan sembilan pedang musuh. Semuanya patah di tanganku kecuali pedang dari Yaman (Pedang yang lebar mata pedangnya). Karena peristiwa inilah Rasulullah memberinya julukan Saifullah, Sang Pedang Allah.
Keutamaan Khalid bin Walid
Sahabat Rasulullah yang masuk Islam tahun 8 Hijriah.
Rasulullah memberinya julukan Saifullah al-Maslul (pendang Allah yang terhunus).
Berasal dari klan Makzhum, salah satu klan terhormat di Mekah.
Setelah masuk Islam, ia terus berjuang bersama Rasulullah.
Memerangi para murtaddin setelah Rasulullah wafat.
Menjadi komandan perang di masa Khalifah Abu Bakar.
Membebaskan negara Persia.
Membebaskan wilayah Syam.
Komentar
Posting Komentar