Jejak Islam di Sevilla
Bekas Ibu Kota Islam Spanyol
Sevilla, salah satu kota di Spanyol yang terkenal dengan sepak bola-nya ini pernah menjadi ibu kota pemerintahan Islam. Pada zaman kuno, Sevilla bernama Hispalis. Setelah Spanyol (Andalusia) dikuasai ummat Islam, Hispalis diubah menjadi Isybiliyah. Dan orang Eropa hingga kini menyebutnya Sevilla.
Kota yang berada di ketinggian tujuh meter di atas permukaan laut ini pernah dikuasai oleh Julius Caesar sehingga nama kota ini kala itu juga dikenal dengan sebutan “Colonia Julia Romula”. Setelah kekuasaan Romawi berakhir, kota ini diduduki oleh bangsa Vandal dan dijadikan ibu kota kerajaan mereka.
Ummat Islam mulai memasuki kota yang terletak di bagian selatan Semenanjung Iberia (Spanyol) ini pada tahun 712 M lewat pasukan Dinasti Umawiyah di bawah pimpinan Musa bin Nushair. Di masa gubernur Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, kota bernama Hispalis ini diganti menjadi Isybiliyah dan dijadikan sebagai ibu kota pemerintahan Islam di Andalusia. Namun, beberapa tahun kemudian setelah berganti kekuasaan, ibu kota Andalusia dipindahkan ke Cordoba.
Bangsa Viking sempat menjarah kota ini pada tahun 844 selama 42 hari. Bangsa penjarah masuk melalui Sungai Guadalquivir. Peristiwa ini terjadi pada masa Khalifah Abdurrahman II. Pasukan Islam berhasil mengalahkan mereka setelah pertempuran yang terjadi selama 100 hari. Sebanyak 35 dari 45 kapal Viking berhasil ditenggelamkan. Sepuluh tahun kemudian mereka kembali datang, namun berhasil dipukul mundur.
Sevilla mencapai masa keemasannya pada masa Khalifah Abdurrahman III. Akan tetapi setelah pemerintahan Umawiyah runtuh, Sevilla memisahkan diri dari pemerintahan pusat di Cordoba. Ia dipimpin oleh hakim agung Muhammad bin Ismail bin Abbad sejak tahun 1023.
Pada tahun 1091, kota yang terletak di tepi Sungai Guadalquivir ini kembali berganti kekuasaan, dari Dinasti Abbadiyah ke Dinasti Al-Murabithun. Dinasti Al-Murabithun cukup lama berkuasa di Sevilla. Mereka mempertahankan kota ini dari serangan kaum Salib pimpinan Raja Alfonso dari Castilla. Penguasa dinasti ini yang terkenal adalah Yusuf bin Tasyfin. Dialah yang mendirikan Daulah Al-Murabithun di Andalusia, setelah menyeberang dari Marakesy di Afrika Utara.
Setelah Daulah Al-Murabithun berakhir, kota ini dikuasai oleh Dinasti Al-Muwahhidun pada tahun 1145. Namun, seabad kemudian, dinasti yang meninggalkan sejumlah bangunan bersejarah di kota ini, termasuk istana “La Buhaira” dan Menara “La Giralda”, akhirnya harus melepaskan kota ini ke tangan Raja Ferdinand III pada tahun 1248 M, setelah sebelumnya dikepung selama enam belas bulan. Runtuhnya Dinasti Al-Muwahhidun di Sevilla menandakan akhir pemerintahan Islam di kota itu sejak kedatangan Islam di masa Musa bin Nushair tahun 712 M.
Menara Giralda
Giralda adalah sebutan yang diberikan warga Spanyol terhadap menara Masjid Agung Sevilla. Masjid ini terletak di distrik Santa Cruz. Dibangun oleh Sultan Abu Ya’qub Yusuf bin Abdul Mun’im, penguasa kedua Dinasti Al-Muwahhidun, pada tahun 1172 M dan baru selesai pada tahun 1198 M.
Ketika Sevilla jatuh ke tangan pasukan Spanyol di bawah pimpinan Raja Ferdinand III pada 1248, masjid tersebut diubah menjadi Katedral Sevilla. Sementara itu, menaranya yang memiliki tinggi 96 meter diubah menjadi tempat lonceng yang berlanggam renaisans pada tahun 1585.
Selain sebagai menara, Giralda juga dimanfaatkan kaum muslimin sebagai observatorium astronomi. Konon, menjelang kejatuhan Sevillah ke tangan pasukan Spanyol, kaum muslimin berniat membumihanguskan Masjid Agung Sevilla beserta Giralda karena mereka tidak ingin bangunan yang indah itu jatuh ke tangan musuh. Namun, karena pangeran Alfonso X mengancam, jika bangunan itu dibumihanguskan, seluruh kaum muslimin Sevillah akan dibunuh.
Pada akhirnya, bangunan itu dapat diselamatkan. Di tempat inilah Nicolas Copernicus mengkaji khazanah astronomi yang ditinggalkan Raja Alfonso X, berjudul Tablas Astronomicas Alfonsies.
Komentar
Posting Komentar