Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang Menciptakan

Dari hari ke hari perilaku buruk orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Mereka selalu berpesta sambil meminum-minuman keras, menyembelih hewan bukan dengan nama Allah, zina menjadi hal biasa, dan yang paling parah adalah melakukan pemujaan terhadap berhala.

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedih melihat keburukan masyarakat Makkah yang telah menjadi tradisi. Agama nenek moyang mereka, Isma’il, telah mereka tinggalkan. Hal itu membuat dirinya memilih untuk mengasingkan diri jauh dari keramaian kota Makkah. Ia memilih memilih Gua Hira yang berjarak sekitar dua mil dari Makkah untuk melakukan penyendirian spiritual atau tahannuts.

Selama tiga tahun berturut-turut selama bulan Ramadhan beliau selalu bertahannuts di Gua Hira. Tahannuts bukan hal yang aneh bagi kaum Quraisy dan sudah menjadi praktik tradisional di kalangan keturunan Isma’il. Pada setiap generasi selalu ada satu atau dua orang yang mengasingkan diri ke tempat yang terisolasi dalam waktu sekian lama agar terbebas dari kontaminasi dunia manusia.

Dalam perenungannya di Gua, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membawa bekal dan memfokuskan diri pada malam-malam tertentu untuk beribadah, kemudian pulang ke rumah dengan lebih dahulu mengelilingi Ka’bah.

Ketika usia beliau mencapai usia empat puluh tahun peristiwa menakjubkan pun terjadi. Saat ia berada di dalam Gua menjelang akhir Ramadhan, datang kepadanya malaikat Jibril. Malaikat Jibril berseru padanya, “Bacalah!” “Aku tidak bisa membaca”, jawab beliau.  Jibril lalu mendekapnya lalu melepaskan dan kembali berseru, “Bacalah!” “Aku tidak dabat membaca.”, jawabnya sama. 
Untuk ketiga kalinya, sang malaikat mendekap tubuh beliau lalu berkata, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena (qalam). Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5). Beliau akhirnya mengulangi kata-kata yang diucapkan Jibril, kemudian Jibril meninggalkannya.

Waraqah bin Naufal

Setelah pertemuannya dengan malaikat Jibril di Gua Hira, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa ketakuta, ia bergegas pulang ke rumah. Sampai di rumah, beliau meminta istrinya, Khadijah agar menyelimutinya. “Aku khawatir sesuatu menimpaku.”, kata beliau setelah mengisahkan apa yang dialaminya. Mendengar kisah suaminya, Khadijah menenangkannya.

Setelah itu, Khadijah membawa beliau ke sepupunya yang beragama Nasrani bernama Waraqah bin Naufal. Beliau menceritakan kepada sepupu istrinya tentang peristiwa yang dialaminya dalam gua. Waraqah terkejut dan mengatakan bahwa yang mendatanginya adalah Namus (malaikat Jibril). Malaikat yang sama diutus kepada Nabi Musa. 

Waraqah berharap ia diberi umur panjang agar bisa membela beliau ketika ia disakiti kaum Quraisy. “Akankah mereka mengusirku?”, tanya Nabi Muhammad. “Ya”, jawab Waraqah. “Belum pernah ada sebelumnya laki-laki yang menyampaikan sesuatu yang engkau meiliki sekarang tanpa menghadapi kekerasan.”, sambungnya. Namun, beberapa hari kemudia, Waraqah meninggal dunia. Setelah itu wahyu terputus untuk beberapa waktu.

Setelah Wahyu Pertama


  • Saat terputusnya wahyu, Nabi Muhammad merasa tertekan dan semakin takut sampai ia hampir bunuh diri dengan meloncat dari atas bukit.
  • Wahyu yang kedua turun adalah, “Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan!..” (QS. Al-Mudatsir: 1-7).
  • Setelah turunnya ayat kedua itu, Rasulullah mulai mendakwahkan agama yang baru diterimanya kepada orang-orang terdekat beliau.
  • Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada beliau. Lalu keluarganya yang lain, Ali, Zaid. Kemudian sahabat beliau, Abu Bakar bin Abi Quhafah. Dari tangan Abi Quhafah, beberapa orang masuk Islam.
  • Penduduk Makkah lainnya yang mula-mula masuk Islam antara lain Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Mazh’un, Arqam bin Abil Arqam, dan lainnya.
  • Dari kalangan wanita yang beriman pada beliau antara lain Ummu Salamah, Fathimah binti Khatthab, Asma binti Umais, Aminah binti Khalaf, Ramlah binti Abu Auf, Fakiha binti Yasir, dan Fathimah binti Mujalil.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islam yang Asing

Cheng Ho, Laksamana Muslim yang Tangguh

Kisah Khalifah Al-Ma’mun Menaklukan Kaum Khawarij