Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Abdul Malik bin Marwan, Ulama dan Khalifah Umat Islam.

Gambar
Suatu sore empat orang pemuda shalih duduk-duduk sambil berbincang di dekat Ka’bah. Mereka membicarakan mimpi yang ingin mereka raih. Salah seorang dari mereka berkata, “Aku ingin menjadi Khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.” Pemuda itu bernama Abdul Malik bin Marwan, keturunan Umayyah salah seorang tokoh Quraisy Makkah. Lahir di Madinah pada tahun 26 Hijriah di masa Khalifah Utsman bin Affan. Hidup di lingkungan ilmu pengetahuan membuat Abdul Malik gemar belajar.  Sebelum menjadi Khalifah, Abdul Malik dikenal sebagai orang yang zuhud dan berilmu. Ia menghabiskan waktunya di Madinah untuk menimba ilmu dari para ulama kota Rasul. Ia tidak pernah meninggalkan Madinah kecuali ketika menunaikan ibadah haji atau berjihad.  Di Madinah, ia berguru kepada para sahabat Rasulullah sepertin Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, dan Abu Sa’id Al-Khudri. Semangatnya menuntut ilmu menjadikannya salah seorang ulama di Madinah. Beberapa Tabi’in belajar dan meriwayatkan hadits darinya di antaranya Urw

Sultan Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel

Gambar
Pemimpin kali ini adalah Muhammad II bin Murad II, sultan ketujuh Dinasti Utsmani lahir pada tahun 835 Hijriah (1432 M) di Edirne, Turki. Dialah pemimpin yang mendapat julukan “Al-Fatih” karena kesuksesannya membebaskan Konstantinopel dan mengubur kekaisaran Byzantium untuk selama-lamanya. Menjadi penakluk Konstantinopel tidaklah terbentuk dalam waktu singkat. Sejak kecil Sultan Muhammad II telah dibina dengan guru-guru dan ulama Rabbani yang mendidiknya menjadi pribadi yang hebat. Sejak kecil Sultan Muhammad II telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an, membaca hadits, belajar ilmu fiqih, matematika, astronomi, sejarah, ushuluddin, dan metode perang. Kecerdasannya juga nampak dengan menguasai banyak bahasa: Arab, Turki, Persia, Yunani, Serbia, Italia, dan bahasa Latin. Ayahnya, Sultan Murad II sangat memperhatikan pendidikan Muhammad sejak kecil. Karena dialah penerus kepemimpinan setelah meninggalnya. Dialah pemimpin umat Islam di masa mendatang. Karena itu Sultan Murad II meminta ulama

Harun Ar-Rasyid Khalifah Negeri 1001 Malam

Gambar
Namanya adalah Harun bin Al-Mahdi bin Al-Manshur. Ia menjadi Khalifah setelah kematian saudaranya, Al-Hadi pada tahun 170 Hijriah. Kakeknya, Abu Ja’far Al-Manshur adalah pendiri kota Baghdad. Suatu hari, seorang ulama terdekat Harun Ar-Rasyid bernama As-Sammak datang menemuinya di Istana kerajaan. Pada saat itu, Harun meminta segelas air minum kepada pelayannya. Pelayannya segera mengambil air dan ketika Khalifah mengangkat gelas untuk minum,  As-Sammak berkata, “Tahanlah wahai Amirul Mukminin, andaikata orang-orang mencegahmu untuk meminum air ini, berapa yang akan kau keluarkan untuk membeli air ini?” Tanpa pikir panjang Khalifah Ar-Rasyid menjawab, “Akan saya beli dengan separuh kerajaanku.” “Minumlah semoga Allah memberi kenikmatan untukmu.”, do’a As-Sammak kepadanya.  Ketika Khalifah selesai minum, As-Sammak kembali bertanya, “Andaikata air itu tidak bisa keluar dari perutmu, dengan harga berapa kau akan membayarnya, wahai Amirul Mukminin?” “Dengan seluruh kerajaanku!”, jawab Khal

Ibnu Abdul Barr Ahli Hadits Negeri Andalus

Gambar
Andalusia di masa lalu banyak melahirkan ulama-ulama besar dalam sejarah Islam. Di antaranya adalah ulama kelahiran Cordoba, Imam Ibnu Abdil barr. Namanya adalah Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr Al-Andalusi. Lahir di Cordoba, Andalusia tahun 368 Hijriah. Meskipun ia lahir di negeri Eropa, Andalusia, sebenarnya ia berasal dari kabilah Arab, yaitu kabilah Namr. Sejak kecil ia berada dalam keluarga yang berhiaskan ilmu agama, keutamaan, dan kezuhudan. Kakeknya, Muhammad bin Abdil Barr adalah ahli ibadah yang terkenal. Sementara ayahnya, Abdullah bin Muhammad termasuk ahli fikih terkemuka di Cordoba. Ibnu Abdil Barr tumbuh dan besar di kota kelahirannya, pusat ilmu pengetahuan, Cordoba yang kala itu menjadi ibu kota Andalusia. Di Cordoba beliau mendalami ilmu dari para ulama terkemuka. Ia mempelajari hadits dan meriwayatkannya hingga menjadi pakar hadits dan dijuluki Hafizh Al-Maghrib. Selain itu ia juga mempelajari fikih, bahasa, sejarah, dan adab dari ulama-ulama d

Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang Menciptakan

Gambar
Dari hari ke hari perilaku buruk orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Mereka selalu berpesta sambil meminum-minuman keras, menyembelih hewan bukan dengan nama Allah, zina menjadi hal biasa, dan yang paling parah adalah melakukan pemujaan terhadap berhala. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedih melihat keburukan masyarakat Makkah yang telah menjadi tradisi. Agama nenek moyang mereka, Isma’il, telah mereka tinggalkan. Hal itu membuat dirinya memilih untuk mengasingkan diri jauh dari keramaian kota Makkah. Ia memilih memilih Gua Hira yang berjarak sekitar dua mil dari Makkah untuk melakukan penyendirian spiritual atau tahannuts. Selama tiga tahun berturut-turut selama bulan Ramadhan beliau selalu bertahannuts di Gua Hira. Tahannuts bukan hal yang aneh bagi kaum Quraisy dan sudah menjadi praktik tradisional di kalangan keturunan Isma’il. Pada setiap generasi selalu ada satu atau dua orang yang mengasingkan diri ke tempat yang terisolasi dalam waktu sekian lama agar terbebas d

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Gua Hira

Gambar
Dari hari ke hari, perbuatan penduduk Makkah semakin memprihatinkan. Berbagai macam kejahatan telah mereka lakukan. Menyembah berhala, membunuh jiwa, zina merebak, dan yang kuat menindas yang lemah. Perbuatan-perbuatan hina mereka membuat Muhammad banyak merenung dan menyendiri ke gua hira. Dahulu, sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi ada empat orang di Makkah yang disebut hanafiyyun (hanif). Mereka menolak untuk menyembah patung-patung yang disembah masyarakat Arab. Di antara patung yang terkenal di Hijaz adalah Hubal, Lata, Uzzah, dan Manat. Dua dari empat orang itu adalah Waraqah bin Naufal dan Zaid bin Amr. Mereka berdua berusaha mencari agama yang benar. Waraqah memilih untuk memeluk Kristen mempelajari kitab agama Kristen yang asli.  Sementara Zaid bin Amr orang yang menentang keras penyembahan terhadap berhala hingga ia diusir dari Makkah. Dia mencari agama nenek moyangnya, Nabi Ibrahim, yang telah dilupakan oleh orang-orang Quraisy. Ia menuju Syam dan Irak untuk bertanya kepa